Dalam rangka pengembangan komoditas unggulan, instansi tempat saya kerja menjalin kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi dengan kegiatan utama pengkajian komoditas unggulan. Suatu hari datang rombongan dari perguruan tinggi yang akan melakukan kunjungan lapangan, sebagai pelaksana teknis saya berkewajiban untuk mendampingi rombongan ke lapangan. Salah seorang wanita anggota rombongan selain menekuni bidangnya ternyata sedang rajin-rajinnya mempelajari berbagai tanaman yang dapat digunakan sebagai ramuan tradisonal. Setiap menemukan tanaman berkhasiat obat dia meminta saya untuk mengambil sampel. Sampai di suatu tempat beliau melihat benalu yang tumbuh pada tanaman jengkol, lalu dia meminta saya untuk memanjat pohon jengkol yang lumayan tinggi. Sambil mendongkol, saya memanjat untuk mengambil benalu dan menyerahkannya kepada beliau.
Saat akan pulang saya melihat tanaman harendong dan berkata bahwa tanaman harendong berkhasiat sebagai obat KB. Sang dosen tercengan karena dia belum menemukan referensi tentang tanaman harendong sebagai obat KB. Karena penasaran dia bertanya kepada saya “ pak bagai mana cara menggunakan tanaman harendong untuk obat KB”? . Dengan serius saya jelaskan “ “ ambil sepuluh lembar daun harendong, lalu remas dan dipintal sampai membentuk bola” Penjelasan saya hentikan sampai di situ. Rupanya penjelasan saya kurang memuaskan dan dia minta penjelasan lanjutan “setelah membentuk bola selanjutnya bagai mana pak?. Sambil senyum saya jawab “ tinggal disumbatin aja bu”. Sepontan seluruh rombongan tergelak-gelak dan baru sadar bahwa saya hanya bercanda. Tanpa diduga pimpinan rombongan berkomentar “ ibu sih, penyuluh di lawan”
2 komentar:
hahaha kirain beneran obat KB!
berkelakar yg tak punya hati" dalamhadis banyak kelakar mati hatinya".
Posting Komentar