PISANG ( Musa sp )
Pisang merupakan komoditas unggulan yang memiliki kontribusi besar (± 30 %) terhadap produksi buah-buahan nasional. Selain memiliki potensi yang besar dalam menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani, pisang juga merupakan bahan baku industri olahan (untuk chip, keripik, puree, tepung) dan komoditas yang potensial untuk meningkatkan ekspor buah.
Sasaran produksi pisang tahun 2005 sebesar 4.707.000 ton, tahun 2009 sebesar 6.125.000 ton dan tahun 2025 ditergetkan sebesar 11.266.000 ton. Sebagian besar produksi tersebut digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, kebutuhan industri pengolahan dan untuk peningkatan ekspor. Seperti halnya negara maju, konsumsi pisang perkapita diharapkan dapat ditingkatkan mencapai 20 – 25 kg /tahun.
2. KEUNGGULAN KOMPARATIF
Komoditi pisang di Kabupaten Sumedang selain dijadikan buah meja juga diolah menjadi berbgai aneka olahan terutama sale pisang dan keripik pisang.
Sale pisang produksi perajin Sumedang banyak disukai konsumen yang tersebar bukan hanya di Kabupaten Sumedang, tapi juga Bogor, Bandung dan Jakarta. Sampai saat ini pasokan pisang untuk perajin sale sebagian besar mengandalkan pasokan dari luar Kabupaten Sumedang, sehingga pendapatan usahatani pisang dinikmati oleh petani daerah lain.
Pengembangan pisang di Kabupaten Sumedang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan sale dan pemenuhan kebutuhan konsumsi pisang dalam bentuk buah segar.
3. LINGKUNGAN BUDIDAYA
3.1. Iklim
- Iklim tropis basah, lembab dan panas, pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.
- Suhu udara 15 – 350C, dengan suhu optimal 270C. Di daerah-daerah yang lebih dingin (< 130C) dan terlalu panas (> 380C) tanaman tidak dapat hidup dengan baik.
- Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama karena robek atau rusaknya daun
- Curah hujan optimal 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tidak tergenang. Bila penanaman pisang dilakukan di daerah dengan bulan kering lebih dari 3 bulan, maka perlu mendapatkan tambahan air irigasi supaya dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik.
3.2. Media Tanam
- Struktur gembur atau tekstur lempung, perbandingan pasir, debu, lempung sekitar 30% : 35%, : 35% dan relatif kaya akan bahan organik.
- Lahan ideal untuk pisang adalah wilayah datar hingga bergelombang 5 –15%, terutama yang terletak di sepanjang aliran sungai, pada tanah-tanah Alluvial. Tanaman pisang akan tumbuh dengan baik apabila lapisan tanah bagian atas kaya akan bahan organik.
- Kemasaman tanah (pH) yang paling cocok pH 4,5 – 7,5.
- Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150 cm. Tanah harus mudah meresapkan air.
- Pisang tidak hidup pada tanah mengandung garam 0,07%.
- Tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
4. WILAYAH PENGEMBANGAN
Hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Sumedang dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Dalam rangka pengembangan agribisnis wilayah pengembangan pisang di Kabupaten Sumedang diarahkan ke Kecamatan Cisitu, Jatigede, Surian, Buahdua, Tanjungmedar
5. TEKNOLOGI BUDIDAYA
5.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
1) Persyaratan Bibit
- Berasal dari klon/varietas yang banyak diminta pasar
- Bahan bibit diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
- Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
a) Perbanyakan dengan Bonggol
Cara perbanyakan ini dapat menghasilkan 5 – 10 bibit setiap bonggol dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan perbanyakan dari tunas anakan.
Tahapan pelaksanaanya adalah sebagai berikut :
- Bonggol dibersihkan dari akar-akar dan tanah, kemudian disimpan di tempat terlindung dan teduh.
- Setelah tunas mulai muncul (1 – 2 minggu), bonggol dapat dibelah 5-10 belahan (tergantung ukuran bonggol), setiap belahan bonggol harus mengandung tunas
- Potongan bonggol bertunas di tempatkan pada bak dengan media sabut kelapa/moss/kompos.
- Apabila tunas telah setinggi 20 – 30 cm (4 – 6 minggu), bibit tersebut sudah dapat ditanam dilapang.
b) Perbanyakan dengan Belahan Bonggol
- Bonggol dibersihkan dari akar-akar dan tanah
- Bonggol langsung dibelah 5-10 belahan (tergantung ukuran bonggol), setiap belahan bonggol harus mengandung tunas
- Untuk menghindari infeksi, belahan bonggol direndam dalam air hangat 55-600 C selama 60-90 menit
- Potongan bonggol di tempatkan pada bak dengan media sabut kelapa/moss/kompos.
- Apabila tunas telah setinggi 20 – 30 cm (4 – 6 minggu), bibit tersebut sudah dapat ditanam dilapang.
c) Perbanyakan dengan Anakan
Tunas anakan adalah sistem perbanyakan yang sering dilakukan oleh petani di Indonesia. Pada dasarnya, bibit yang berasal dari cara perbanyakan ini dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu :
- Tunas Anakan (Pepper leaf sucker); yaitu cara perbanyakan dengan menggunakan tunas bibit yang baru berada pada fase awal pembentukan tunas pada cara ini tunas anakan belum berdaun.
- Anakan Muda (Sword leaf sucker) ; yaitu cara perbanyakan menggunakan tunas anakan muda pada kondisi daun yang terbentuk belum sempurna (daun menyerupai pedang)
- Anakan sedang (Weter Sucker); yaitu cara perbanyakan dengan menggunakan tunas anakan berukuran sedang, daun telah terbentuk dan membuka.
- Anakan Dewasa (Maiden leaf sucker); yaitu cara perbanyakan dengan menggunakan tunas anakan dewasa, pada anakan ini banyak helaian daun yang telah membuka dan terbentuk sempurna.
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:
- Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
- Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
- Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
- Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
- Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
d. Perbanyakan dengan Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan sel, jaringan dan organ tanaman dalam medium buatan secara aseptik dalam lingkungan yang terkendali. Bibit pisang yang diperbanyak dengan kultur jaringan biasanya menghasilkan pertanaman yang berproduksi lebih baik, karena pohon induknya telah diseleksi lebih dahulu, dan biasanya bebas hama dan penyakit penting tertentu. Tujuan utama dari perbanyakan dengan kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat dengan sifat genetik yang sama dengan induknya, serta bebas pathogen.
Pemanfaatan kultur jaringan pada tanaman pisang memberikan keuntungan-keuntungan terutama :
- Bibit bisa disiapkan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.
- Sifat tanaman diharapkan sama dengan tanaman induknya dan variasi antara tanaman relatif kecil, sehingga tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh seragam.
- Kecepatan tumbuh anaknya lebih cepat dari perbanyakan anakan (bonggol), sehingga masa berbunganya lebih cepat.
- Waktu panen serempak sehingga memudahkan pemungutan hasil dan pemasarannya.
- Kesehatan bibit lebih terjamin.
5.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pengendalian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
2) Pembentukan Sengkedan
Tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasok unsur hara Nitrogen dan juga penahan angin.
3) Pembuatan Saluran
Saluran air ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.
5.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim.
2) Pengolahan Tanah
- Lahan yang akan ditanami pisang hendaknya diolah lebih dahulu agar menjadi gembur, mendapat aerasi yang cukup, mematikan tanaman pengganggu sehingga tanaman mendapat zone perakaran yang optimal.
- Pengolahan yang baik akan berdampak baik pada perkembangan akar tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan seragam.
- Pengolahan tanah dilakukan sampai pada kedalaman 30 cm untuk membuat aerasi tanah lebih baik, dan kemudian dihaluskan.
3) Pembuatan Lubang Tanam
- Pada tanah berat lubang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm
- Pada tanah ringan ukuran lubang 30 cm x 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm x 40 cm untuk tanah-tanah gembur.
- Jarak tanam 3 m x 3 m untuk tanah kurang subur dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah subur.
- Pembuatan lubang tanam ini sebaiknya disiapkan 2 – 4 minggu sebelum penanaman
4) Cara Penanaman
- Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Apabila ditanam pada musim kemarau bibit yang baru ditanam ini perlu diairi/disiram secara teratur sehingga tidak mengalami kekeringan.
- Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15– 20 kg. Selain itu setiap lubang diberi pupuk dasar terlebih dahulu dengan pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP 36 dan KCl dosisnya diberikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanahnya. Sebagai patokan, untuk pupuk dasar dapat diberikan 50 gr Urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL per lubang tanam.
- Bibit asal anakan atau bibit yang sudah berdaun, sebagian daunnya (2/3 bagian daunnya) dipotong untuk mencegah penguapan yang berlebihan (untuk bibit asal kultur jaringan/bonggol cara ini tidak dianjurkan).
- Pada tiap lubang tanam ditanam 1 bibit yang ditanam tegak.
5.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman ;
- Apabila beberapa waktu setelah ditanam bibit pisang tidak menunjukan pertumbuhan (mati) maka dilakukan penyulaman. Bibit yang mati diganti/dibongkar dan pada lubang tersebut ditanam bibit yang baru.
- Penyulaman dilakukan sesegera mungkin agar pertumbuhan tanaman tetap seragam, tidak jauh berbeda ukurannya dengan tanaman yang ditanam lebih dahulu
2) Penjarangan
- Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
- Pembuangan anakan dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan).
- Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman baru.
3) Penyiangan
- Penyiangan tanaman dimaksudkan juga untuk menjaga lingkungan pertanaman tetap bersih dan menguntungkan bagi perkembangan tanaman termasuk pembuangan anakan yang tidak diperlukan, pembongkaran tanaman yang terserang penyakit dan pembuangan batang pisang yang telah dipanen
- Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi dengan jari-jari 1 meter, dilakukan beberapa kali dimulai pada saat tanaman sudah berumur 2 bulan agar pertumbuhan anak dan juga induk baik.
- Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.
- Cara penyiangan dapat menggunakan cara mekanis yaitu dengan menggunakan tangan alat sederhana atau menggunakan herbisida
- Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
4) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
5) Pemupukan
- Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium.
- Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun sedangkan pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).
- Pemberian pupuk organik dan anorganik dilakukan dengan membuat parit/ larikan sedalam 10 cm di sekeliling tanaman pisang dengan jarak 60 – 75 cm dari pangkal batang.
- Setelah pupuk diberikan dalam larikan lalu ditutup rapat dengan tanah
6) Pengairan dan Penyiraman
- Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Untuk mendapatkan produksi yang optimal diperlukan curah hujan yang merata sepanjang tahun (2.000 – 2.500 mm per tahun)
- Apabila tanaman kekurangan air maka buah yang dihasilkan menjadi kecil-kecil, lebih pendek dan daunnya kekuningan.
- Jika dalam 2 minggu tidak turun hujan perlu diberikan air secukupnya.
- Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.
7) Pemberian Mulsa
- Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.
- Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana.
8) Pemeliharaan Buah
- Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat.
- Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah.
- Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.
6. HAMA DAN PENYAKIT
6.1. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
6.2. Penyakit
1) Penyakit darah ; Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri).
Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
2) Panama ; Penyebab: jamur Fusarium oxysporum.
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3) Bintik daun : Penyebab: jamur Cercospora musae.
Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
4) Layu; Penyebab: bakteri Bacillus.
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk ; Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa.
Bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
6.3. Gulma
Penanggulangan dilakukan dengan:
- Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 WP, Roundup dan Dalapon.
- Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
- Menutup tanah dengan plastik polietilen.
7. PANEN
7.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah:
- Mengeringnya daun bendera.
- Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
- Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Harus diperhitungkan agar buah pisang masih tahan disimpan minimal 10 hari setelah diterima konsumen.
7.2. Cara Panen
- Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas.
- Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan.
- Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah.
- Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali jika tersedia tenaga kerja,
- Batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
8. PASCAPANEN
- Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup.
- Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya.
- Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dus dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan.
- Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
9. STANDAR PRODUKSI
9.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
9.2. Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
9.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Tabel 1. Standar Mutu Buah Pisang
Komponen Mutu | Mutu | |
I | II | |
Tingkat Ketuaan Buah (%) | 70-80 | 70 & >80 |
Keseragaman Kultivar | seragam | seragam |
Keseragaman Ukuran | seragam | seragam |
Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/ bobot) | 0 | 0 |
Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/ bobot): | 0 | 0 |
Kemulusan Kulit (Maksimum) | Mulus | Mulus |
Serangga | bebas | bebas |
Penyakit | bebas | bebas |
Persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Klasifikasi Pisang
Komponen Mutu | Kelas | ||
A | B | C | |
Panjang Jari (cm) | 18,1-20,0 | 16,1-18,0; | 14,1-16,0 |
Berat Isi (kg) | > 3,0 | 2,5-3,0 | < 2,5 |
Diameter Pisang (cm) | 2,5 | > 2,5 | < 2,5 |
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang meliputi :
a. Penentuan Keseragaman Kultivar Cara kerja dari pengujian adalah :.
- Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan.
- Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut.
- Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b. Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
- Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai.
- Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c. Penentuan Tingkat Ketuaan.
- Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar.
- Buah yang tidak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d. Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
- Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang.
- Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar.
- Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e. Penentuan Kadar Kotoran.
- Timbang seluruh contoh buah yang diuji,
- Amati secara visual kotorang yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan,
- Timbang seluruh kotorannya.
- Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
9.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
Tabel 3. Pengambilan Contoh Pisang
Jumlah minimal kemasan dalam partai | Contoh |
1–5 | Semua |
6–100 | Minimal 5 |
101–300 | Minimal 7 |
301–500 | Minimal 9 |
501–1000 | Minimal 10 |
9.5. Pengemasan
- Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.
- Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.
- Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
- Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain: a) Produksi Indonesia b) Nama kultivar pisang c) Nama perusahaan/ekspotir d) Berat bersih e) Berat kotor f) Identitas pembeli g) Tanggal panen h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
1 komentar:
manis..
Posting Komentar