MAJU TERUS PENYULUH PERTANIAN

Rabu, 15 September 2010

BUDIDAYA JERUK CIKONENG ST ( Citrus maxima L )


PENDAHULUAN
Kabupaten Sumedang memiliki keragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan kearah agribisnis. Dari berbagai potensi yang dimiliki, beberapa komoditi sudah dirilis oleh Menteri Pertanian sebagai varietas (kloon) unggul di antaranya ubi jalar cilembu ST, sawo Sukatali ST, Kacang tanah DM 1 dan Jeruk Besar Cikoneng ST.
Jeruk Besar Cikoneng ST (Sumedang Tandang) merupakan klon/varietas unggul jeruk besar yang berasal dari Kabupaten Sumedang. Jeruk ini memiliki keunggulan dengan ciri varietas :
-       buah berwarna kuning
-       bentuk buah bulat memanjang dan datar pada bagian ujungnya
-       tekstur daging buah halus tidak berserat
-       daging buah berwarna kemerah-merahan
-       rasa manis agak getir
-       kandungan air relatif sedikit
-       berat buah sekitar 2-3,5 /buah
-       produksi buah 50-200 buah/pohon/tahun
WILAYAH PENGEMBANGAN
Wilayah pengembangan jeruk besar Cikoneng ST antara lain Kecamatan  Sumedang Selatan, Sumedang Utara, Ganeas, dan Cisarua.
TEKNOLOGI BUDIDAYA
A. Penyiapan Bibit
Perbanyakan tanaman jeruk besar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu generatif (melalui biji) dan vegetatif (okulasi, grafting, cangkok). Kedua perbanyakan ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.
Perbanyakan dengan biji jarang dilakukan karena sifat tanaman akan menyimpang dari sifat induknya. Selain itu tanaman jeruk besar juga mempunyai masa juvenile yang lama. Perbanyakan dengan pencangkokan juga mempunyai kekurangan diantaranya tanaman yang dihasilkan akan memiliki perakaran pendek dan tidak dapat dilakukan secara besar-besaran karena membutuhkan cabang (bahan tanaman) yang banyak. Perbanyakan tanaman jeruk Cikoneng ST sebaiknya dilakukan dengan cara okulasi dan sambung.
Keuntungan perbanyakan tanaman jeruk besar dengan cara sambung adalah :
  • Pengadaan bibit dalam jumlah banyak dapat dilakukan
  • Tahan terhadap penyakit
  • Pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dapat diatasi melalui pemilihan batang bawah yang sesuai
  • Memperoleh tanaman baru yang memiliki sifat unggul dari tanaman induknya
  • Menghasilkan perakaran tanaman yang baik

Perbanyakan melalui okulasi atau penyambungan merupakan proses pengabungan dua jenis tanaman antara batang bawah dan batang atas yang berbeda dengan tujuan untuk menggabungkan sifat unggulan yang terdapat pada batang atas dan batang bawah sehingga diperoleh tanaman dengan sifat lebih unggul dibandingkan dengan tanaman asalnya. 
Langkah-langkah perbanyakan cara sambung adalah sebagai berikut :
  • Siapkan batang atas berukuran sebesar pensil atau sesuai dengan besarnya batang bawah, dari tanaman sehat dan sudah berproduksi
  •  Siapkan batang bawah yang mempunyai keunggulan dalam perakaran, diameter batang sebesar pensil dengan warna kulit masih hijau.
  • Siapkan pita plastik selebar 1 cm dari plastik, kemudian ditarik pelan-pelan sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang semula, membentuk pita yang tipis dan lemas untuk digunakan sebagai pembalut sambungan.
  • Bagian ujung batang bawah dipotong setinggi 20-25 cm di atas permukaan tanah, dengan menggunakan pisau okulasi atau gunting stek yang tajam agar berbentuk irisan rapi.
  • Batang bawah dibelah membujur sepanjang 2 – 2,5 cm
  • Entres yang sudah disiapkan dipotong dengan ukuran panjang 7,5 – 10 cm, kemudian kedua sisi bagian pangkal disayat sepanjang 2 – 2,5 cm, sehingga membentuk irisan seperti baji (kapak).
  • Entres dimasukkan ke dalam belahan batang bawah sedemikian rupa sehingga kambium entres dapat bersentuhan dengan kambium batang bawah, kemudian diikat dengan pita plastik.
  • Sambungan disungkup dengan kantong plastik bening untuk mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi (lembab).
  •  Sambungan ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari sinar matahari.
  • Setelah 3 – 4 minggu kemudian akan tumbuh tunas pada sambungan, yang berhasil berwarna hijau, sedangkan yang gagal berwarna hitam dan kering.
  •  Sungkup plastik mulai di buka, sedangkan pengikat plastik baru dapat dibuka sebulan kemudian.
  • Bibit hasil sambungan dipelihara selama enam bulan dan bibit siap di tanam di lapangan.

B. Teknik Penanaman
1.      Persiapan Kebun
Pembersihan lahan untuk kebun jeruk Cikoneng ST cukup dengan membabat dan menyingkirkan rumput dari lokasi yang akan ditanami. Derajat kemasaman ( pH) tanah optimal untuk jeruk besar Cikoneng ST  sekitar 5 – 6. Apabila diketahui pH tanahnya kurang diperlukan pengapuran atau penggunaan pupuk organic yang berasal dari pupuk kandang kotoran ayam pedaging yang dipelihara secara intensif
2.      Pembuatan Lubang tanam
  • Buat lubang tanam dengan  ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm. Saat menggali tanah bagian atas (30 cm dari permukaan) dan tanah bagian bawah (lebih dari 30 cm) ditempatkan secara terpisah pinggir  lubang tanam.
  • Tanah galian dan lubang dibiarkan selama satu bulan.
  • Tanah bagian atas dicampur kompos atau pupuk kandang (1:1) dan dimasukan lebih dulu ke dalam lubang tanaman
  • Tanah  lapisan bawah dicampur pupuk kandang atau kompos (1:1) dan dimasukan kedalam lubang setelah tanah bagian atas dimasukan ke lubang tanam.
  • Setelah selesai penimbunan tanah disiram air, diberi ajir dan dibiarkan selama seminggu.

3.      Penanaman
  • Penanaman sebaiknya dilakukan awal musim hujan, agar pada awal pertumbuhan benih mendapat pengairan yang cukup
  • Keluarkan bibit dari polybag dengan hati-hati,  usahakan tanah yang membungkus akar agar tidak rusak sehingga akar tanaman tidak putus.
  • Cabut ajir, gali kembali lubang tanam kira-kira sebesar polibag bibit, agar bibit mudah dimasukkan.
  • Masukkan bibit ke lubang tanam, timbun kembali dengan tanah galiannya sambil ditekan-tekan dengan tangan, supaya tanahnya menjadi padat.
  • Tancapkan satu atau dua ajir sebagai penopang disisi batang tanpa merusak perakaran.
  • Siram tanaman dengan air secukupnya. Penyiraman selanjutnya dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore hari.

C. Pemeliharaan
1.      Pemupukan
Tanaman jeruk cikoneng ST perlu dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran kambing, sapi, kerbau, kotoran ayam, bokashi dll)  dan pupuk buatan (Urea, SP-36 dan KCl). Secara umum pemupukan tanaman jeruk Cikoneng ST 1 dapat dilakukan sebagai berikut
Tabel 1. Pemupukan Tanaman Jeruk Besar
Umur Tanaman
(Tahun)
Pupuk Kandang
(Kg/Phn)
Urea
(gram/phn)
TSP/SP-36
(gram/phn)
KCl
(gram/phn)
1
15
200
450
400
2
15
400
650
650
3
15
600
1.000
1.000
4
15
800
1.000
1.000
5-15
15
1.000
550
850

Pupuk diberikan dengan cara sebagai berikut:
-     Aduk pupuk kandang dengan pupuk buatan secara merata
-     Buat parit kecil melingkar dibawah tajuk terluar,
-     Tebarkan pupuk secara merata di dalam parit
-     Tutup kembali parit dengan tanah
-     Untuk untuk menjaga kelembaban tanah terutama musim kemarau tanah di sekitar tanaman ditutup  dengan jerami kering.
2.      Pengairan
  • Setiap bulan tanaman jeruk cikoneng memerlukan air 140 liter/m2 atau  4,51 liter/m2/hari
  • Pembungaan dapat dirangsang dengan pengairan setelah masa kering, dengan perkiraan setelah 10-20 hari berikutnya akan muncul bunga, saat inilah diperlukan pengairan kedua.
  • Untuk menghindari kerontokan bunga, diperlukan pengairan yang tepat dan cukup.

3.      Pemangkasan
Pemangkasan jeruk cikoneng meliputi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Jika bibit berasal dari cangkok atau okulasi, seringkali pemangkasan bentuk tidak perlu dilakukan karena bibit yang berasal dari okulasi akan membentuk tajuk yang bagus.
Pemangkasan pemeliharaan dimaksudkan untuk membersihkan tunas air dan merangsang keluarnya bunga, mencegah serangan penyakit, merangsang pertumbuhan tunas baru, mengurangi kerimbunan dan membentuk tajuk yang bagus.
Bagian tanaman jeruk besar yang perlu dipangkas adalah :
  • Cabang/tunas air yaitu tunas baru yang tumbuh cepat dan tegak dipangkal batang dan ruas-ruas antar daun, panjang, lunak dan banyak mengandung air, biasanya tumbuh musim hujan.
  • Cabang yang tumbuh liar
  • Ranting, daun dan buah yang terserang penyakit
  • Dahan dan buah yang rusak.
4.      Pembuangan  Buah
Bagi  tanaman muda, pada pembuahan pertama, sebaiknya dilakukan penjarangan buah untuk menjaga kondisi tanaman agar tetap sehat/baik, karena apabila dipaksakan untuk berbuah diperkirakan akan memperlemah kondisi tanaman sehingga mudah terserang penyakit
D. PENGENDALIAN HAMA
1)      Kutu loncat (Diaphorina citri.)
·            Bagian yang diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
·            Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
·            Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate, monocrotophos dan endosulfan  Penyemprotan menjelang dan saat bertunas, Bagian yang terserang dibuang.
2)      Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
·         Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
·         Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
·         Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif methidathion, dimethoate, diazinon  phosphamidon, malathion.
3)      Ulat daun (Phyllocnistis citrella.)
·         Bagian yang diserang: daun muda.
·         Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
·         Pengendalian: semprotkan insektisida berbahan aktif methidathion, daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
4)      Tungau (Tenuipalsus sp, Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
·            Bagian yang diserang :  tangkai, daun dan buah.
·            Gejala: buah bercak keperak- perakan atau coklat dan bercak kuning atau coklat pada daun.
·            Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite, Cyhexation, Dicofol, Oxythioquimox.
5)      Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
·       Bagian yang diserang: buah.
·     Gejala: buah digerek sampai ke daging buah, bekas lubang gerekan mengeluarkan getah dan kadang-kadang tertutup ulat. Pada serangan berat buah akan busuk dan gugur.
·     Pengendalian:Pembungkusan buah muda, memetik dan memusnahkan buah yang terserang, interval pengamatan dilakukan 10 hari, pemberian insektisida berbahan aktif Methomyl, Methidathion yang disemprotkan sebelum telur serangga menetas (telur berkelompok, tersusun seperti genting pada separuh bagian kulit buah)
6)      Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
·            Bagian yang diserang : tunas dan buah muda.
·            Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
·            Pengendalian: semprotkan insektisida enitrotionmothion fenithion, metamidofos, methomil.
7)      Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
·         Bagian yang diserang : kuncup bunga.
·         Gejala: bekas lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur.
·         Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif methomyl dan methidathion. Kemudian buang bagian yang diserang.
8)      Thrips (Scirtotfrips citri.)
·       Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
·       Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
·       Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Gunakan insektisida berbahan aktif Difocol atau Z-Propargite pada masa bertunas.
9)      Kutu dompolon (Planococcus citri.)
·         Bagian yang diserang :  tangkai buah.
·         Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
·         Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl, Triazophos, Carbaryl, Methidathion. Cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.
10)  Lalat buah (Dacus sp.)
·        Bagian yang diserang : buah yang hampir masak.
·        Gejala: Larva hidup di dalam buah yang hampir masak, buah menjadi busuk dan gugur, biasanya di bagian tengah buah terdapat lubang kecil.
·          Pengendalian:  buah dibungkus sampai menjelang panen. Untuk mengurangi populasi lalat dewasa dapat digunakan zat penarik kelamin (Sex antractant) metil eugenol,  gunakan insektisida  berbahan aktif fenthion, dimethoathe  .
11)  Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
·        Bagian yang diserang : daun, buah dan tangkai.
·       Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
·          Pengendalian: gunakan pestisida diazinon, phosphamidon, dichlorophos, methidhation.
12)  Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
·            Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
·            Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
·            Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Gunakan insektisida carbaryl dan diazinon.
E. PENGENDALIAN PENYAKIT
1)      CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
·         Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri.
·         Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
·      Gejala: Daun berwarna kuning, kaku, lebih tebal dan sering berdiri tegak serta terdapat warna hijau mengelompok tidak merata, tulang daun menonjol warna hijau gelap, pada serangan berat daun dan buah mengecil.
·        Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman terserang, gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan sanitasi kebun yang baik, penerapan teknologi budidaya yang baik, pengendalian serangga penular, pengawasan lalu lintas benih
2)      Tristeza
·      Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera.
·      Gejala: Infeksi virus pada tanaman jeruk melalui serangga penular Toxoptera citriceda dan beberapa jenis kutu mengakibatkan kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (Phloem), Xylem membentuk lekukan atau celah pada jaringan kayu, batang dan ranting gejala daun menguning. Gejala khas penyakit ini adalah daun tanaman berubah warna menjadi kuning daun (viem clearing), daun kaku berukuran lebih kecil tepinya melengkung ke atas, tanaman terserang menghasilkan bunga yang berlebihan tetapi tidak menghasilkan buah yang matang.
·      Pengendalian: penggunaan mata tempel bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza. Penyemprotan serangga penular Eradikasi tanaman sakit dan sanitasi tanaman inang.
3)      Woody gall (Vein Enation)



-           Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii.
-           Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.
-           Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
-           Pengendalian: gunaan mata tempel bebas   virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
4)    Blendok
-     Penyebab: jamur Diplodia natalensis.
-           Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
-        Gejala: pada diplodia kering tanaman mengeluarkan belendok berwarna kuning emas dari batang atau cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang dapat sembuh, mengering dan mengelupas. Apabila penyakit terus berkembang, pada kulit terjadi luka tidak teratur dan berkembang melingkari batang atau cabang sehingga mengakibatkan kematian. Serangan diplodia kering lebih berbahaya karena gejala awal sulit diketahui. Kulit batang dan cabang mengering, terdapat celah kecil pada permukaan kulit, dan bagian kulit batang di bawahnya berwarna hijau kehitaman. Perluasan kulit mengering sangat cepat dan bila sampai melingkari batang, daun-daun menguning dan menyebabkan kematian cabang atau tanaman.
-          Pengendalian: mencegah penyebaran penyakit dengan membersihkan alat-alat pertanian yang digunakan, misalnya dengan karbolium plantarium 8%,  menghindari pelukaan bagian tanaman, bagian kulit yang terinfeksi dan 1-2 cm kulit sehat sekitarnya dikelupas, luka yang terjadi ditutup misalnya dengan karbolium paraffin, Eradikasi, dengan membongkar tanaman yang terserang berat, untuk mengurangi sumber infeksi 
5) Embun Tepung
·    Penyebab: jamur Odidium tingitanium.
·         Bagian yang diserang :daun dan tangkai muda.
·         Gejala Permukaan daun dan ranting yang terserang cendawan Oidium tingitanium ditutup oleh lapisan tepung warna putih. Daun yang terserang mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk dan mengering.
·         Pengendalian: sanitasi pada tunas dan daun-daun sakit, pengembusan dengan serbuk belerang atau penggunaan fungisida yang efektif dan mudah terurai. Pengembusan belerang dilakukan pagi hari saat bunga dan buah masih basah oleh embun, pengunaan fungisida pyrazophos (afugan) dan bupirimate.
6)      Kudis
·         Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti.
·         Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
·         Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
·         Pengendalian: pemangkasan teratur. penggunakan Fungisida dithiocarbamate /benomyl.
7)      Busuk buah
·         Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae.
·         Bagian yang diserang :  buah.
·         Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
·         Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benomyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
8)      Busuk pangkal batang
·         Penyebab: jamur Phyrophthora sp.
·         Bagian yang diserang pangkal batang.
·         Gejala: Pangkal batang atau bagian sambungan antara batang atas dan bawah pada bibit okulasi yang terserang cendawan Phytophthora sp., menimbulkan gejala awal berupa bercak basah berwarna gelap pada kulit batang. Kulit yang terserang permukaannya cekung dan mengeluarkan blendok, dan sering berbentuk kalus. Apabila serangan kulit sampai melingkari batang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Perkembangan penyakit ke bagian atas umumnya terbatas sampai 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bawah dapat meluas ke akar tanaman tunas tidak segar, tanaman kering.
·         Pengendalian: penggunaan batang bawah yang toleran Phytophthora sp, dengan tinggi sambungan > 45 cm di atas permukaan tanah, menghindari luka pada akar maupun batang, menjaga agar drainase tetap baik dan mencegah adanya penggenangan di sekitar batang, Melabur dan mengecat batang dengan bubur bordoks atau cupravit. Apabila serangan ringan, dikendalikan dengan membuang kulit yang terserang dan kemudian mengolesi luka dengan bubur bordoks, atau diolesi sekeliling bagian kayu dengan aspal ataupun karbolinium plantarium.
9)      Buah gugur prematur
·            Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp.
·            Bagian yang diserang: buah dan bunga
·            Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
·            Pengendalian: fungisida benomyl (benlate) atau caprafol.
10)  Jamur upas
·         Penyebab: Upasia salmonicolor.
·         Bagian yang diserang : batang.
·         Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
·         Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Potong cabang yang terinfeksi.
11)  Kanker Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri.
·         Bagian yang diserang : daun, tangkai, buah.
·       Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
·        Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Celupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
CIRI DAN UMUR PANEN
Buah jeruk Cikoneng ST  dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 6-8 bulan setelah bunga mekar.
Ada 3 tahap pematangan buah jeruk besar yaitu
-       Tahap pertama disebut fase kuning pertama pada fase ini kulit yang hijau menjadi sedikit kuning, fase ini berakhir ketika warna kulit hijau kembali
-       Tahap kedua terjadi fase penguningan kembali sehingga sehingga kulit hijau kekuning-kuningan
-       Fase ketiga kulit lebih kuning lagi
Selain melalui umur panen, pemanenan jeruk besar dapat ditentukan dari ciri-ciri fisik buah yaitu :
-       Pemetikan paling baik dilakukan pada fase kuning kedua
-       Bulu halus pada kulit buah sudah hilang, sehingga tidak terasa kasar saat dipegang
-       Jika ditimang, buah jeruk terasa berat/berisi
-       Lekukan buah sudah mendatar
-       Bila dikupas bagian tengahnya berlubang
-       Biji buah telah berkurang
CARA PANEN
Buah jeruk dapat dipanen dengan tangan atau gunting pangkas, pemetikan dengan tangan dilakukan dengan memutar buah dan menarik ke bawah sehingga buah terlepas, namun demikian untuk mendapatkan buah yang baik, pemanenan sebaiknya menggunakan gunting pangkas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
-       Pemetikan buah sebaiknya dilakukan saat matahari bersinar (sembilan pagi sampai sore) dan tidak ada sisa embun
-       Tangkai buah digunting sekitar 1-2 cm dari buah, tangkai terlalu panjang dapat merusak buah lainnya pada waktu pengemasan
-       Pemetikan buah pada cabang yang tinggi sebaiknya menggunakan tangga sehingga buah tidak jatuh
PENGUMPULAN
·            Siapkan keranjang bambu berkapasitas 50-60 kg,
·            Isi keranjang dengan rumput kering/daun pisang untuk menghindari terjadinya gesekan antara buah dengan dinding keranjang.
·            Masukan buah dalam keranjang bambu
·            Tutup keranjang dengan karung goni untuk melindungi buah selama pengangkutan dari kebun
PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN
-       Bersihkan buah yang baru dipetik dari kotoran dengan menggunakan kain lap yang bersih.
-       Pisahkan buah yang jelek,  rusak, sakit, atau busuk dari buah yang berkualitas baik
-       Pisahkan buah yang baik berdasarkan ukuran buah. Mutu A memiliki berat di atas 2 kg, mutu B berat 1,6-2 kg, mutu C 1,4-16 kg
PENGEMASAN
·            Kemas  buah di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat saat diangkut .
·            Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak.
·            Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak.
·            Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg. Ukuran peti yang direkomendasi adalah 60 cm x 28,5 cm x 28, 5 cm terbuat dari papan yang lebarnya 8 cm tebal 0,5 cm jarak antar papan sekitar 1,5 cm.
PENYIMPANAN
Gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-100 C.

3 komentar:

Posting Komentar