a. Penyiapan lahan
- Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah/TOT).
- Jika penanaman dilakukan pada lahan tegalan, perlu dilakukan pengolahan tanah intensif yaitu dua kali bajak dan sekali digaru.
- Buat saluran drainase setiap 4 – 5 m dengan kedalaman 25 – 30 cm dan lebar 30 cm, saluran tersebut berfungsi untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat tidak ada hujan.
b. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB)
Berdasarkan potensi hasil dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dianjurkan menanam VUB: Wilis, Argomoliyo, Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, Kaba, dan Sinabung. Kebutuhan benih 40 kg/ha dengan daya tumbuh 90%.
c. Penanaman
- Benih ditanam dengan cara tugal pada kedalaman 2 – 3 cm. Jarak tanam 10- 15 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanam.
- Agar tidak terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air, kedelai dianjurkan ditanam tidak lebih dari 3 hari setelah tanaman padi di panen.
d. Pemupukan
- Dosis pemupukan dapat menggunakan acuan 50 kg Urea, 75 kg SP36 dan 100 – 150 kg KCl/ha, diberikan seluruhnya pada saat tanam atau diberikan 2 kali (saat tanam dan 2 minggu setelah tanam)
- Pada lahan sawah yang subur dan bekas padi yang sebelumnya di pupuk dengan dosis tinggi, tanaman kedelai tidak perlu dipupuk dengan NPK.
- Agar dosis pemupukan sesuai dengan spesifik lokasi hendaknya menggunakan Perangkat uji tanah sawah/perangkat uji tanah kering (PUTS / PUTK)
e. Penggunaan mulsa jerami
- Penggunaan mulsa jerami penting dilakukan untuk menekan frekuensi penyiangan dan menekan serangan lalat bibit.
- Jumlah jerami yang digunakan sebanyak 5 t/ha, diberikan dengan cara dihamparkan merata dengan ketebalan sekitar 10 cm.
- Jika gulma tidak menjadi masalah dan lahan bukan merupakan daerah endemis lalat bibit, pembakaran jerami diperbolehkan, cara ini bisa menyerempakkan pertumbuhan awal kedelai.
f. Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif yaitu pada 15 – 21 hari setelah tanam (hst), saat berbunga ( 25-35 hst), dan saat pengisian polong (55 – 70 hst). Dengan demikian tanaman tersebut perlu diari apabila curah hujan tidak mencukupi.
g. Pengendalian hama
- Beberapa hama utama pada tanaman kedelai yang perlu diwaspadai dan dikendalikan adalah: Lalat bibit ( Ophiomyia phaseoli ), Pengisap polong ( Riptortus linearis ), Ulat grayak ( Spodoptera litura ), Penggerek polong ( Etielia zincekenella ). Teknik pengendaliannya yaitu :
- Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Jika populasi hama tinggi atau kerusakan daun 12,5 % dan kerusakan polong 2,5 %, tanaman perlu disemprot dengan insektisida efektif .
- Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, serta penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau yang ditanam pada pematang sawah.
h. Pengendalian penyakit
- Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun ( Pakopsora pachyrhizi ), hawara daun ( Pseudomonas syringae ) dikendalikan dengan fungisida dan virus yang belum dapat dikendalikan dengan pestisida.
- Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida. Waktu pengendalian adalah pada saat tanaman berumur 14, 28 dan 42 hari atau menyemprot berdasarkan populasi hama/vektornya.
i. Panen dan Pasca Panen
- Panen dilakukan pada saat biji mencapai fase masak atau yang ditandai dengan 95 % polong telah berwarna coklat atau kehitaman dan sebagian besar daun pada tanaman sudah rontok.
- Panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang.
- Brangkasan kedelai hasil panen langsung dihamparkan dibawah sinar matahari dengan ketebalan 25 cm selama 2-3 hari (tegantung cuaca) menggunakan alas. Pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai 14 %.
- Hindari menumpuk brangkasan basah lebih dari 2 hari sebab akan menjadikan benih berjamur dan mutunya rendah.
- Brangkasan kedelai yang telah kering (kadar air sekitar 14 %) secepatnya dirontokkan baik secara manual maupun mekanis (threser).
- Pembersihan menggunakan tampi atau secara mekanis (blower). Untuk keperluan benih sortasi harus dilakukan untuk membuang biji tipe simpang.
Sumber : Kementrian Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat 2010 http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/pu/kedelai.pdf
0 komentar:
Posting Komentar