Suatu sore, saat pulang kerja, saya dikagetkan dengan kerumunan orang dirumah tetangga, dengan rasa penasaran saya bertanya pada tetangga yang kebetulan ada disana. Ternyata istri tetangga saya mengalami kesurupan. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian saya menyempatkan diri menjenguk tetangga tersebut. Ditengah rumah nampak istri tetangga saya sedang diobati oleh seseorang. Sambil berdiri saya mendengarkan berbagai ocehan orang yang kesurupan. Entah dari mana asalnya tiba-tiba saya berkesimpulan bahwa orang tersebut sebenarnya tidak sedang kesurupan, tapi sedang meluapkan emosi yang dipendam. Setelah lama tidak menunjukan kesembuhan akhirnya saya pulang ke rumah.
Selepas sembahyang isya saya kembali menjenguk karena tetangga saya tersebut belum juga sadarkan diri, Saat itu orang yang menjenguk tinggal satu dua orang saja. Tiba-tiba suami pasien menghampiri saya dan memohon agar saya mau membantu menyembuhkan istrinya. Saya terkejut bukan main karena saya tidak memiliki kemampuan apa-apa, namun karena saya berkeyakinan bahwa orang tersebut tidak kesurupan saya menyediakan diri untuk membantu.
Untuk prosesi penyembuhan saya minta agar pasien di pindahkan ke dalam kamar dan meminta agar saya diperkenankan masuk kamar ditemani suaminya. Di dalam kamar saya berdo’a memohon kepada yang maha kuasa agar pasien segera disembuhkan.
Selesai berdo’a suami pasien bertanya pada saya” bagaimana pak?. Saya menjawab dengan suara agak dikeraskan agar terdengar oleh pasien “yang sedang tidak sadar diri”. “ Isteri bapak kemasukan roh jahat dan masuk melalui alat vital”. “Lalu bagaimana cara menyembuhkannya”? kata suaminya. Beberapa saat sengaja saya tidak menjawab seperti orang kebingungan dan akhirnya saya menjawab dengan suara yang tetap agak dikeraskan “ harus diberi mantra, tapi jalan masuk roh tersebut harus saya sentuh agar roh jahatnya cepat keluar, itupun kalau bapak mengijinkan”. Suami pasien tertegun beberapa saat seperti bingung luar biasa, Saya lihat dahi sang pasien sedikit berkerut seperti terkejut dengan perkataan saya. Beberapa saat kami saling berdiam diri, setelah sekitar 5 menit suami pasien akhirnya buka suara dan berkata “ kalau tidak ada cara lain, saya persilahkan bapak melakukannya”.
Mendengar jawaban suaminya saya jadi bingung karena hal tersebut sangat mustahil saya lakukan. Apa yang saya sampaikan semata-mata karena saya berkeyakinan bahwa pasien dalam keadaan sadar. Dugaan saya, dia akan segera bangun karena tidak akan rela alat vitalnya disentuh orang lain. Belum sempat bertindak apa-apa tiba-tiba sang pasien bangun dengan serentak dan berkata” dimana saya, kenapa pak mantri (sebutan untuk PPL) ada di sini”. Secara spontan suami pasien menenangkan istrinya sambil memeluk istrinya yang baru saja sadar .
Setelah sembuh sayapun cepat-cepat keluar kamar dan berpamitan, karena sudah tidak kuat menahan geli. Dalam hati saya berkata “ ternyata orang tidak sadar diri juga masih punya harga diri”. Namun demikian saya juga dibayangi ketakutan, bagaimana jiga ada yang benar-benar kesurupan dan minta pertolongan saya?. Syukurlah sampai saya mutasi tidak ada orang yang minta pertolongan saya untuk disembuhkan dari kesurupan.